Minggu, 29 Maret 2009

Kedai Solong

Bagi sebagian besar masyarakat Aceh, Warung Kopi ( Warkop)
jasa ayah Solong tentu bukan nama yang asing. Warkop ini sangat dikenal
oleh sumua lapisan masyarakat, dari rakyat biasa,mahasiswa, hingga pejabat tinggi.
bahkan wisatwan asing yang mampir ke Aceh pun akan diajak mampir ke sini.
tempatnya biasa, seperti warung pada umumnya, dengan luas sekitar 200 m2 dipenuhi dengan meja dan kursi
plastik sederhana. Jumlah tamu yang datang silih berganti serta suasana hiruk pikuk orang mengobrol
menjadikan tempat ini menjadi istimewa. begitu duduk langsung keluar sajian berbagai
macam kue Aceh yang semuanya manis. Ada
srikaya, kue jala isl srikaya duren, ketan lapis
srikaya, dan berbagai macam kue manis. Sajian
paling istimewa adalah "kopi Aceh" yang dibuat
dengan dimasukkan kedalam cangkir kaleng
yang ada saringan panjang terbuat dari kain,
lalu ditarik ke atas seperti membuat teh tarik.
Paduan kopi yang ringan dengan susu kental
membuat sensasi rasa kopi yang luar biasa.
Selain kopi dan kuenya yang istimewa, hal
lain yang cukup menarik di kedai kopi ini adalah
pelayanannya. Salah satunya adalah yuslaini, pramusaji yang
paling dicari pengunjung kedai tersebut. pemuda ganteng dan ramah
ini senantiasa menyapa dan meladeni tamunya dengan cekatan.
Walaupun pendidikannya hanya SMP, ia tahu bagaimana menerapkan "layanan prima" bagi pelanggannya.

pembawaannya yang riang, ramah dan murah senyum membuat tamu betah kembali lagi
karena merasa nyaman dengan pelayanan kedai warung kopi ini.
pantas saja jika warung kopi ini sangat dikenal dan membuat siapapun yang pernah ke sini ingin kembali lagi.
Keunikan lain adalah mie Aceh yang terkenal, yang dimasak seperti mie goreng tapi dengan bumbu pedas. Begitu juga mie kocok Aceh
yang sangat berbeda dengan mie kocok Bandung.
Semuanya lezat apalagi ditambah dengan martabak telur yang dibuat terbalik dengan martabak pada umumnya. Di Aceh kulit martabak yang tipis
ditaruh di dalam telur gorengnya, bukan dibungkus.
Pada saat azan Magrib warung kopi di dalam juga masih ada. Kelihatannya setiap waktu azan tiba mereka harus menutup warungnnya. Warung
warung kopi di Aceh bukan hanya sekedar tempat minum kopi tapi juga sarana bersosialisasi dan melakukan segala aktifitas politik,
bisnis,pemerintahan dan lainnya. Tidak heran jika orang Aceh bisa sampai tiga kali sehari berada di Warung kopi.
Nuansa lain bisa dinikmati di sebuah restoran Aceh bernama "Ayam tangkap". Resto ini di namakan demikian,karena ayam kampung di Aceh dibiarkan hidup bebas,
sehingga jika ada tamu atau dimasak saja ayam tersebut harus dimasak. Ayam ini dimasak dengan berbagai macam bumbu dengan dominasi daun seperti kemangi
yang digoreng bersamaan dengan daging ayam. Pada saat dihidangkan daging ayam berada diantara tumpukan daun yang juga dapat dimakan langsung.

Sabtu, 21 Maret 2009

Merauke

Tahun 2008 saya diminta membantu teman untuk menjadi salah satu nara sumber dalam acara workshop Dinas Tanaman Pangan di Merauke. Wah mendengar nama Merauke teringat lagu dari Sabang sampai Merauke, dimana nama kota itu demikian terkenal. Bersama Ria saya berangkat dengan menggunakan Merpati, sungguh suatu perjalanan yang sangat panjang. Berangkat dari jakarta, singgah di Bali, lalu transit lagi di Makasar, lalu dikota kecil saya lupa namanya, lalu Jayapura dan berakhir jam 10 pagi di Merauke. Perjalanan dan transit memakan waktu sekitar 10 jam, rasanya ngantuk sekali sebab setiap transit kita harus turun dari pesawat.

Karena saya sudah pernah ke Jayapura sebelumnya maka saya sudah tidak begitu kaget dengan situasi di Merauke. Unik sekali para porter yang semaunya merokok dan tidak begitu membantu membawakan barang bawaan kami. Dimana-mana ada tanda larangan meludah sembarangan, sebab orang Papua makan sirih dan pinang sehingga bekas ludah mereka ada dimana-mana berwarna merah.Karena tidak kebagian porter maka kami bersusah payah melompat mengambil barang kami yang diletakan nun jauh ditumpukan barang yang lain.Rupanya di pesawat sudah banyak peserta atau nara sumber lainnya dari IPB dan beberapa pengusaha, kami bersama diterima diruangan VIP dan menuju hotel.

Merauke sangat panas dan datar, tidak ada satupun bukit atau gunung, semua adalah tanah landai yang subur. 3 hari disana sempat dua kali saya diajak survey melihat bagaimana kondisi tanah yang nantinya akan dijadikan lumbung padi nasional terutama untuk kawasan Indonesia Timur.Dalam perjalana survey terlihat banyak "Musamus" atau rumah semut yang tingginya ada yang mencapai 3 meter. Sarang semut itu kuat dan besar, merupakan salah satu keistimewaan Merauke .Saya mendapat kesempatan berbicara dengan para petugas lapangan dan jajaran dinas tanaman pangan mengenai semangat dan motivasi menjadi petani.Acara workshop 2 hari adalah untuk mendiskusikan bagaimana potensi Merauke sebagai tanah pertanian dimasa depan dan bagaimana persiapan sumber daya manusianya.

4 hari di Merauke mempunyai kenangan yang sangat berarti buat saya, hamparan tanah subur, penduduk Merauke yang tinggi besar dan gagah menjadi kenagan tersendiri buat saya. Sea food yang ada disana adalah the best, segar, manis dan lezat.Hampir setiap malam kami makan sea food disalah satu restoran yang sangat lezat.Pulangnya kami di bawakan beras organik asli Merauke yang rasanya sangat pulen dan enak, jauh lebih enak dari beras Thailand. Semoga Merauke benar menjadi lumbung padi nasional disuatu saat sehingga asaya berkesempatan kesana lagi.

Sabtu, 14 Maret 2009

Indahnya Taman Laut Gili Terawangan

Lombok yang tidak terlalujauh dari Bali,menjadi salah satu kawasan wisata
unggulan di Indonesia. Perjalanan dari Bali ke Lombok memerlukan waktu 30
meint dengan pesawat udara. Sebelum mendarat terlihat keindahan pantai senggigi
dengan beberapa pulau kecil yang berada di dekatnya. kami menginap di hotel Sheraton.
Dibandingkan dengan pantai Kuta di Bali, pantai Senggigi sangat sepi. Kehidupan baru mulai
ramai ketika waktu telah menunjukan pukul 7 ke atas. Di sekitar Hotel Sheraton banyak cafe dan resto yang juga
menyediakan life musik sehingga suasana cukup semarak. Selebihnya, yang kita saksikan adalah pantai Senggigi,
tenang dan nyaman, sangat cocok untuk pasangan yang berbulan madu dan tak ingin diganggu.

Malam harinya kami menikmati makan malam di restoran ayam
bakar Taliwang yang cukup terkenal di kota Mataram. Tempatnya
unik bersuasana tradisional dengan beberapa gubuk lesehan.
Makanan khas Lombok adalah ayam bakar Taliwang.
yaitu ayam yang dimasak dengan bumbu khas Lombok yang
pedas menggugah selera. Makannya dengan urap sayur, juga khas Lombok yang namanya pelecing kangkung yang disiram
sambal dan ditaburi kacang goreng.
Saya sempat mampir di deretan toko yang menjual mutiara.
Wah rasanya mau memborong semua perhiasan mutiara yang
indah-indah.Saya membeli beberapa butir mutiara model Barock
yang harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan toko perhiasan di tempat lain.
di toko tersebut saya membeli 1 set perhiasan yang terdiri dari kalung,cincin dan anting-anting
yang ditawarkan hanya dengan harga Rp.50.000,-per set. Untuk oleh-oleh saya membeli dari
dari pedagang asongan yang ada disekitar hotel.

waktu masih 4 jam sebelum saya pulang ke Jakarta. kami memutuskan untuk pergi ke pulau kecil yang bernama Giliterawang
yang waktu tempuhnya sekitar 1 jam dengan menggunakan perahu motor. Sewa perahu Rp350.000 pulang pergi dari hotel.
Perjalanan 1 jam tidak terasa karena laut yang tenang dan pemandangan yang indah. Konon jika beruntung kita bisa bertemu
dengan ikan lumba-lumba.
sepanjang perjalanan kami melewati perahu layar nelayan yang hanya berukuran satu orang. Betapa gagah berani dan kuatnya
para nelayan itu mengarungi lautan luas demi mencari sesuap nasi. Persis seperti lagu "Nenek Moyangku Seorang Pelaut"
Di pulau kecil itu ternyata kehidupan lebih semarak. Di pulau kecil itu ternyata kehidupannya lebih semarak. Kata seorang
wisata, penghuni pulau kecil itu sekitar 800 orang. Banyak hotel dari mulai kelas melati sampai dengan hotel mewah ada di sana.
Harga sewanya antara Rp.50.000 s/d Rp.250.000.
Laut di sekitar Gili Terawang sangat bersih dan indah. Di sini saya juga mencoba snorkling. Tapi butuh waktu 20 menit untuk
memupuk keberanian dan ketenangan saya untuk melakukan aktifitas tersebut. Untung pemandu yang sekaligus sopir perahu saya
terus-menerus menyakinkan bahwa saya bisa bersnorkling. Kalau tidak, saya tentu akan menyesal lantaran tidak menyaksikan keindahan
bawah laut Gili Terawang

Selasa, 10 Maret 2009

Papua Nan Mempesona

Dalam buku kecil yang diterbitkan oleh Dinas Pariwisata Propinsi Papua dikatakan "Papua , Kemurnian yang tersembunyi". Paua yang dulu dikenal dengan Irian Jaya adalah provinsi ke 26 dari Indonesia dengan ibukota Jayapura..Sebelum berangkat ke Papua beberapa teman menyaranka agar berhati-hati dengan keamanan, jangan lupa membawa obat anti nyamuk. Kebetulan saya termasuk orang yang biasa bepergian jauh, sehingga tidak terlalu memikirkan bagaimana nanti di Papua. Dengan Lion air saya berangkat jam 22.35 dari Jakarta dan transit di Makassar.Mengherankan penerbangan yang terkenal itu tidak menyediakan selimut untuk seluruh penumpangnya.Padahal malam hari udara dalam kabin sangat dingin dan waktunya tidur sehingga akan lebih nyaman jika penerbangan malam menyediakan selimut untuk semua penumpang.

Sampai di Papua jam 7.30 pagi, dari atas pesawat sebelum mendarat pemandangan hutan demikian indah dan lebat, diselingi hamparan awan pagi hari dan sinar jingga matahari yang baru terbit.Sangat menyenangkan melihat bahwa hutan kita masih luas dan belum rusak di Papua. Mendekati Jayapura pemandangan berubah lebih indah dengan kombinasi hamparan danau Sentani, gunung dan hamparan pohon sagu disana sini.Suasana bandara sangat sempit dan ramai dibandingkan dengan jumlah penumpang yang datang.Semua penumpang berebut dan merubungi tempat pengambilan barang. Cukup lama untuk mengambil barang yang ditempatkan di bagasi.

Perjalanan dari bandara ke hotel memakan waktu sekitar 30 menit, sepanjang jalan pemandangan danau indah dan segar, hanya kebersihan kota kurang terjaga, sampah dimana-mana dan jalanan banyak yang rusak.Saya tinggal di Swiss-belhotel yang merupakan hotel internasional pertama di Jayapura, terletak ditepi laut dengan pemandangan yang indah.Malam hari kota Jayapura dengan lampu-lampunya terlihat indah dari kejauahan, termasuk tanda salib yang menyala diwaktu malam yang dipasang diatas bukit dan ditengah pulau kecil.Jayapura jauh dari kesan yang menyeramkan, penduduknya ramah dan menolng jika kita bertanya.Saya juga mencoba makan pepeda (bubur sagu) yang rasanya asam segar dengan campuran jeruk nipis ditambah dengan lauknya ikan kakap merah masak kuah kuning.Tapi sagunya hanya dimakan sedikit saja sebab banyak sekali dan belum terbiasa memakannya.Penduduk Papua religius mereka menggunakan waktu hari minggu utnuk beribadah ke gereja, dai pagi hingga siang kegiatan bisnis sepi pada hari minggu dan baru buka jam 4 sore.

Potensi pariwisatayang dimiliki povinsi ini hampir terlengkap di Indonesia, alam yang asli, adat istiadat yang unik, penduduk yang ramah serta keindahan alam mulai dari danau, pantai yang berpasir putih dan mempunyai pemandangan taman laut yang indah. Jangan lupa papua memiliki gletser atau salju abadi (Puncak Cartenz) padahal berada didaerah tropis.Kekayaan adatnya luar biasa, suku Asmat dan suku Dani di lembah Baliem sangat terkenal diseluruh dunia juga ada burung cendrawasih yang sangat indah dan langka.









Bangka Belitung nan Mempesona

Terinspirasi oleh buku Laskar Pelangi Andrea Hirata, maka saya memutuskan liburan semester kali ini untuk berlibur ke Belitung.Bersama Bayu dan Dai anak saya dan Rafa keponakan kami segera memesan tiket . Ternyata pesawat ke Belitung semua penuh tidak menyisakan tempat buat kami berempat. Karena semangat menggebu untuk segera melihat bumi laskar pelangi, saya langsung ke bandara dengan harapan ada tiket pesawat yang tersisa untuk kami. He he lagi lagi kecele karena semua pesawat penuh sampai minggu depan. Karena sudah dalam mood liburan dan membayangkan keindahan pantai dengan batu-batu besar yang saya lihat di majalah travelling, maka kami ganti haluan langsung membeli tiket ke Bangka. Alhamdulillah dengan Batavia air kami dapat sampai dengan selamat di Bangka walaupun dengan membeli lewat calo (pada saat itu calo menjadi sangat membantu sebab harga tiket tidak jauh beda dengan harga resmi)

Karena mendadak berlibur, maka persiapan kurang, beruntung saya banyak teman sehingga mendapatkan nomor telpoin ibu Ali teman dari IWAPI yang menjemput bersama Andin yang ternyata adalah teman anak saya (dunia memang sempit ya). Diantar oleh mobil bu Ali , kami langsung menuju Parai Beach Hotel, yang merupakan hotel terbaik di Bangka. Suasana liburan langsung terasa ketika check ini, karena begitu banyak wisatawan domestik yang sedang antri check in. Kamar hotel yang saya tempati persis berada paling ujung dan menghadap langsung kepantai. Wow bukan main indahnya pemandangan pantainya. Baru kali ini saya melihat tebaran batu-batu besar berserakan tertata dengan indahnya.Pantainya landai dengan pasir putih, tapi yang paling mempesona adalah batu granit yang besar-besar tersebar dimana-mana.Sungguh karunia alam dari sang Khalik yang luar biasa batuan tersebut seakan dijatuhkan dari langit karena Bangka tidak mempunyai gunung berapi. Keberadaan batu-batu granit tersebut seakan diatur oleh Yang Maha Kuasa untuk memperindah bumi Bangka.

Sore itu saya habiskan waktu dengan berjalan sepanjang pantai parai, menaiki batu-batu besar dan menikmati tenggelamnya sinar matahari sambil mengambil foto pemandang yang sangat spektakuler. Dari atas batu besar terhampar birunya langit ditambah dengan sinar jingga matahari yang perlahan tenggelam menyisakan keheningan alam yang menakjubkan.Pagi hari sebelum mandi kami berjalan kaki menyeberangi batu-batuan yang besar dan membelah laut dangkal yang bening dan tenang menaiki batu granit yang besar dan duduk-duduk diatas batu menikmati indahnya cuaca pagi.


Esok hari kami gunakan untuk berkeliling ke pantai-pantai yang ada di sekitar Bangka, ada pantai Tanjung Pesona. Pantai Matras, pantai Tikus dan pantai Pasir Padi. Masing-masing pantai mempnyau keelokan yang berbeda, ada yang dipenuhi batu granit, ada yang pasirnya putih luas membentang sejauh mata memandang, sangat indah, ada juga pantai yang pasirnya agak kasar berwarna coklat muda.Suasana liburan di pantai tersebut kurang terasa, terlihat sunyi sepi.Katanya orang Bangka hanya ke pantai hari Sabtu dan Minggu saja, walaupun di hari libur sekolah.

Kami hanya satu hari di Parai beach hotel, siang hari kami pindah ke hotel yang berada ditepi pantai padi untuk lebih mendekati kota.Pantai padi mempunyai keunikan yang lain lagi, pasirnya landai dan halus juga dangkal. Sepanjang satu kilometer dari bibir pantai tinggi air hanya semata kaki, sehingga kita bisa berjalan jauh sekali mengikuti penduduk setempat yang mengambil ikan dengan jala. Matahari terbenam disini juga indah dan tak kalah menariknya dengan pantai Parai. Malam harinya kami makan malam di restoran tepi pantai menikmati lezatnya ikan bakar dan sambal khas Bangka.Kali ini makan malam ditraktir oleh Hatta dan keluarga teman saya seangkatan di FH UNPAD yang ternyata bekerja di Timah. Sehabis makan sekitar jam 120 malam kami sudah ditunggu oleh ibu-ibu IWAPI Babel untuk bernyanyi ria diresto tepi pantai padi.Wah senangnya libuan di Bangka ternyata juga menjalin kembali silaturahmi dengan berbagai teman yang tanpa sengaja bertemu.

Keseokan harinya sepanjang pagi hingga siang kami menikmati lezatnya kuliner di Bangka ditemani oleh mbak Cicik dan keluarga.Karena ayah saya dulu bekerja di Timah, maka saya bertemu dengan mbak Cicik yang ayahnya juga dulu adalah pejabat Timah dan rumah orang tua kami bertetangga di Jakarta. Selain mpek-mpek dan otak-otak di Shanti, kami membeli oleh-oleh di Kartini untuk kerupuk kemplang dengan sambalnya yang lezat juga getas yang berupa kerupuk ikan yang dibentuk bulat seperti bakso yang merupakan kerupuk khas Bangka. Liburan di Bangka kami akhiri dengan makan siang yang sangat lezat di restoran Cina yang sangat terkenal di Bangka yang namanya Assui, mungkin saking enaknya rasa masakan disana berasal dari kata Asoy.Nama Assui adalah nama si empunya restoran, walaupun tempatnya masuk kedalam gang tapi cukup besar dan bersih.Katanya setiap artis, pejabat dan orang penting lainnya pasti menyempatkan diri makan disini. Memang tidak salah resto ini menjadi terkenal karena makanannya segar dan uenak tenan. Paling enak menurut saya adalah semacam sop kepala ikan dimasak dengan bumbu kuning disertai potongan nanas segar. Rasanya manis, asam, gurih dan segar, orang Bangka menyebutnya ”lempah ikan”.


Siang hari kami berangkat ke Belitung dengan menggunakan ferry. Beruntung kami mendapatkan jatah tempat duduk di ruangan VIP karena ada penumpang yang tidak jadi berangkat.Tiket itupun kami dapatkan dengan bantuan teman-teman di Bangka yang mengantarkan sampai kami naik kekapal. Harga tiket sekitar Rp 200.000,-. Kalau tidak mendapat tiket VIP wah bakalan kepanasan dan berdesakan dengan penumpang yang penuh sesak disemua kelas selama 6 jam perjalanan.Perjalanan cukup menyenangkan, ombaknya tenang sehingga 6 jam perjalanan tidak melelahkan.

Malam hari jam 7 sampai di Belitung, langsung menuju hotel Lor Inn hotel yang terbagus disana.Karena sudah gelap tidak banyak yang terlihat disepanjang jalan, selain adanya beberapa tulisan spanduk selamat datang dibumi laskar pelangi. Belitung sedang sibuk dan demam dengan shooting film laskar pelangi.Hotel berjarak sekitar 40 menit dari bandara dan merupakan hotel dengan konsep resort.Semua kamar menghadap kelaut berbentuk cottage.Pantas selalu fully booked sebab jumlah kamar hanya 20 buah.

Pagi harinya kami langsung kepantai, wow pantainya tidak kalah indah dengan Bangka, bahkan jauh lebih indah sebab lautnya jernih dan biru.Segera kami naik perahu kecil ketempat yang ada taman lautnya.Dengan peralatan snorkling yang kami bawa terlihat pemandangan taman laut yang indah.Sampai siang hari kami habiskan waktu bermain dipantai.Setelah makan siang kami meluncur mengelilingi pantai yang ada di sekitar Belitung. Bang Fuad pemandu kami membawa ke pantai ”tanjung kelayang” yang dari jauh ada tumpukan batu yang membentuk gambaran burung.Beberapa pantai kami kunjungi, tidak lupa juga kelenteng tempat sembahyang saudara kita yang keturunan cina. Di kelenteng itu ada beberapa tempat sembahyang yang merupakan hadiah dari beberapa orang yang yakin doanya dikabulkan setelah berdoa disana, bahkan ada sumbangan dari orang muslim.

Hari kedua kami mengunjungi desa ”gantung” tempat dimana cerita laskar pelangi berawal. Kami melewati rumah Andrea Hirata pengarang buku dan juga sholat Lohor di mesjid yang diceritakan dalam buku tersebut, walau mesjid tersebut sudah dipugar. Begitu juga dengan sekolah Muhammadiyah yang sekarang sudah bagus.Saya membayangkan bagaimana perjuangan ”Bintang” anggota laskar pelangi yang harus menyeberangi sungai besar dan lebar yang dipenuhi buaya setiap hari.Kota gantung seperti kota lain di Bangka juga dipenuhi lobang besar berisi air yang membentuk danau kecil bekas galian timah yang ditinggalkan. Cukup jauh perjalanan ke desa gantung, sehingga sore hari baru sampai di hotel.Malamnya makan malam di resto tepi pantai dekat hotel, saya lupa namanya.Seafood nya sama lezatnya, ikan bakar, cumi goreng tepung dan tidak lupa ”gangan ikan ketarap: yang menjadi menu wajib.

Hari terakhir di Belitung kami habiskan sepanjang pagi bermain snorkling dipantai, rasanya tidak puas-puas memandangi pemandangan alam bawah laut yang demikian indah.Tiga hari di Belitung sebenarnya kurang rasanya, masih banyak pantai dan tempat indah yang belum sempat saya kunjungi. Semoga cerita perjalanan dan foto yang disajikan dapat menggungah pembaca untuk berkunjung ke pulau timah disuatu saat.

<

Bali Masih Jadi Pilihan


Bulan Juli lalu kami berlibur di Bali. Suasana liburan sudah mulai terasa sekitar 5 km memasuki anjungan keberangkatan di bandara Cengkareng. Antrian panjang kendaraan yang berisi penumpang yang akan berlibur membuat kita harus sabar menunggu. Tidak ada kursi lowong di pesawat, semuanya terisi penuh. Beruntung kami berangkat dan pulang tepat waktu sesuai jadwal, sempat terpikir bahwa pasti ada delay mengingat padatnya jadwal penerbangan pada waktu libur.
Malam pertama di Bali kami habiskan dengan berjalan kaki sepanjang area Kuta setelah makan malam. Di Hard Rock Hotel Cafe pengunjung berjejal hanya sekedar untuk menikmati segelas minuman atau berfoto dengan latar belakang gitar yang terpajang di sepanjang dinding. Merchandise Hard Rock Hotel seperti T shirt, dompet, gantungan kunci, sampai payung dan bola menjadi sasaran pengunjung untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Sampai jam 11 malam masih terlihat banyak orang berjalan-jalan menikmati suasana Bali yang nyaman di sekitar Kuta Square.
Makan malam di daerah Jimbaran merupakan hal yang wajib dilakukan jika kita berlibur di Bali. Makan malam menjadi lebih nikmat ditemani dengan deburan ombak di depan mata dan pemandangan lampu-lampu yang indah serta alunan musik dari group musik yang berkeliling dari meja ke meja. Sayang rasa nyaman agak terganggu setelah mereka berlalu dengan tidak mengucapkan terima kasih setelah menyanyikan 3 buah lagu. Rasanya tip sebesar Rp 25.000,- cukup layak untuk 3 buah lagu, dan kalaupun kurang sudah seharusnya ucapan terima kasih tetap diberikan kepada pengunjung mengingat tidak ada tarip resmi yang dicantumkan. Kami memilih cumi goreng tepung, ikan bakar, kerang bakar dan juga lobster.

Besoknya seharian kami bermain di pantai Benoa, saya hanya duduk-duduk menikmati birunya air laut, anak-anak menikmati permainan jet ski, parasailing, dan permainan baru yang dinamakan Flying Fish, di mana mereka berbaring dua orang di perahu karet dan ditarik motor boat yang akan membuat mereka seakan melayang. Puas bermain maka acara ditutup dengan mengunjungi pulau penyu dengan menaiki motor boat sekitar 30 menit pulang pergi. Di sana kita bisa memegang penyu dengan ukuran beraneka rupa tanpa takut digigit dan juga berfoto bersama burung elang dan ular yang mulutnya ditutup isolatip sehingga tidak akan menggigit. Di sini kita diminta memberikan sumbangan seihlasnya untuk penggantian makanan binatang yang ada di sana.Cukup menguras kantong juga acara di sini sebab 3 permainan air dan 1 kunjungan ke pulau penyu dikenakan Rp500.000/orang.

Hari masih sore ketika kita sampai di Uluwatu untuk menyaksikan matahari tenggelam, sayang tidak begitu kelihatan sebab tertutup awan. Hampir saja anting gantung yang saya pakai lepas ditarik seekor monyet kecil, mungkin dia tertarik dan mengira kacang rebus. Dari atas bukit terlihat tarian kecak sudah mulai dimainkan, banyak pengunjung yang masuk dengan tiket Rp50.000/orang, sedangkan kami memilih menikmati matahari tenggelam sambil sesekali melirik tarian kecak dari kejauhan..gratis. On the way ke hotel kami makan malam di sebuah restoran Cina yang sangat lezat dengan harga yang menurut ukuran Jakarta murah, namanya Kuta Plaza Restaurant. Mereka mempunyai paket untuk 4 orang dengan harga hanya sekitar Rp150.000,- sudah mendapatkan udang goreng telur asin, sayur buncis dengan daging cincang, gurame asam manis, dan ayam goreng.
Hari terakhir di Bali kami gunakan untuk berjalan-jalan di pantai, pijat di bawah pohon sambil manicure pedicure dan tentu saja berbelanja beberapa kain dan baju bali, kalung dan gelang serta dua keponakan kecil saya dikepang rambutnya dan ditato tangannya.Tak terasa waktu sudah menunjukan jam 12.00 dan kami harus segera ke bandara untuk mengejar pesawat yang akan ke Jakarta jam 14.00. Mengingat banyaknya teman dari Jakarta yang bertemu di Bali menandakan bahwa Bali tetap menjadi pilihan yang menarik untuk berlibur.

Bukit Tinggi




Sate Padang yang lezat di pasar Bukit Tinggi

Dalam perjalanan dinas ke Medan saya sengaja singgah pulangnya ke Padang dan Bukit Tinggi selama 2 hari. Hotel yang saya tuju sudah di booking dari Jakarta sehingga saya tinggal menuju kesana dengan taksi. Hari masih siang ketika saya sampai, sehingga masih ada kesempatan berkeliling kota Padang sambil mencari makan siang . Suasana kota cukup ramai, saya naik angkot yang bukan main berisik full musik dengan lagu-lagu dangdut. Setiap angkot dilengkapi dengan berbagai sound sistem yang diletakan dibelakang sopir sehingga telinga rasanya mau pecah saking kerasnya lagu yang diputar.Kata sopirnya kalau tidak full musik penumpang tidak mau naik. Padang seperti kota besar pada umumnya ramai di pusat kota atau alun-alunnya.Saya masih berkesempatan membeli mukena padang pesanan teman yang katanya bordirannya bagus dan halus.Untuk saya agak susah membedakan antara bordir Padang dengan Tasikmalaya. Mendengar orang Padang bicara satu sama lain wah rasanya rame dan kesannya kaya orang berkelahi.

Dengan menyewa ojek Vespa saya dibawa ke tempat dimana legenda Malin Kundang . Dari atas bukit sebelum sampai tempat legenda saya berfoto dengan latar belakang kota Padang yang terlihat jelas dan indah. Tempat yang diyakini sebagai tempat pecahnya kapal Malin Kundang dan tempat ia dikutuk jadi batu terletak ditepi laut. Banyak anak muda yang berpacaran disana sambil menikmati hawa laut dan berpose ditempat legenda tersebut. Digambarkan dengan relief bentuk pecahan kapal dan kondisi Malin Kundang pada saat dikutuk menjadi batu.Semoga ini menjadi peringatan bagi kita semua untuk selalu mencintai orang tua dan tidak melupakan asal usul kita dari mana.

Esok harinya jam 7 pagi saya sudah siap ke terminal bis antar kota yang akan mengantar saya ke Bukit Tinggi. Perjalanan melewati pemandangan alam yang indah, apalagi ditambah dengan sebelah saya ada seorang Uni (panggilan untuk perempuan yang artinya kakak) yang saya lupa namanya menjadi teman ngobrol. Bersama Uni tadi saya ditemani berjalan-jalan mengelilingi kota Bukit Tinggi..Walau bus tidak memakai AC tapi udara sejuk sebab melewati pegunungan. Tiba-tiba saya dikejutkan oleh pedagang asongan yang menawarkan dagangannya dengan mengatakan ”begede atau bagade” , yang ternyata adalah perkedel kentang. Kalau di Jawa kita terbiasa jajan dengan misro, tahu goreng atau combro, di Sumatra Barat perkedel menjadi makanan camilan.

Bersama dengan Uni saya diantar ketempat jam Gadang dan berkeliling kota dengan bendi. Kami mampir untuk makan siang Sate (Padang) yang sangat lezat dan berbeda jauh rasanya dengan yang di Jakarta. Irisan daging dan lidahnya besar serta rasanya mantap sekali.Ada juga dadih yaitu semacam yogurt dari susu kambing yang merupakan makanan khas Bukit Tinggi, tapi saya tidak berani mencobanya, takut rasanya aneh dan merusak rasa sate yang lezat. Kami mengunjungi ”Ngarai Sianok ” yang keindahannya sangat terkenal. Kehijauan dan kesejukan membuat betah berlama-lama disana, semoga saya bisa kembali bersama keluarga kesana.

Setelah selesai lalu saya segera kembali ke kota Padang untuk mengejar pesawat terbang sore yang akan kembali ke Jakarta. Dalam perjalanan ke airport saya diantar sopir taksi membeli berbagai oleh-oleh seperti keripik singkong yang pedas, maupun yang asin yang meruapakan makanan khas Padang

Balikpapan, Samarinda dan Kutai Kartanegara




Balikpapan, Samarinda dan Kutai Kartanegara

Saya bersama Laura teman sekantor mendapat tugas mengajar di Balikpapan. Setelah persiapan mengajar beres, malamnya kami berjalan-jalan mengelilingi kota Balikpapan. Kami diajak ke Gunung Bakaran, tempat dimana para elite perusahaan minyak bertempat tinggal., rumahnya besar dan tanpa pagar menghadap ke laut. Kata teman saya yang sudah pernah ke San Fransisco, Balikpapan diwaktu malam seperti San Fransisco.Dari atas bukit terlihat kota kaya minyak itu dibanjiri dengan cahaya lampu yang indah.Kami makan malam di restoran Bondi yang menyajikan makanan khas hasil laut yang lezat.

Setelah selesai mengajar jam 3 sore kami berangkat menuju Samarinda, yang berjarak 3 jam dari Balikpapan dan merupakan ibukota Kalimantan Timur. Sebelum melanjutkan perjalanan ke Samarinda kami mampir di kebon Sayur, pasar yang menjual berbagai hasil kerajinan tangan masyarakat setempat. Kami membeli karpet rotan dan mengirimkannya dengan pos agar lebih praktis. Dipasar itu ada warung makan yang lezat yang menyediakan cumi bakar, ikan bakar, dan pais (pepes) ikan patin khas sana. Makannya dengan sambal belimbing sayur dan lalapan rebus, sungguh makanan sederhana yang enak sekali.Sepanjang perjalanan kami melewati daerah yang gersang dan kering, katanya jika terjadi kebakaran hutan itu diakibatkan karena panasnya batubara yang berada dilapisan bumi. Kami melewati hutan lindung yang bernama Bukit Suharto.

Menjelang Isya kami memasuki kota Samarinda melewati sungai Mahakam yang luas dan dipenuhi gelondongan kayu dan kapal-kapal.Malamnya dengan ditemani oleh bapak dan ibu Taufik orangtua teman kami Dwi, kami diajak mengelilingi kota Samarinda. Menurut saya Samarinda cukup bersih dan indah, apalagi disepanjang sungai banyak berdiri tempat makan sambil menghadap sungai.

Keesokan harinya kami mencoba makan di sebuah restoran ayam goreng yang katanya enak khas kota Samarinda, tapi karena pelayanannya yang sangat lambat kami memutuskan membatalkannya. Sejak kami datang sampai selesai menyemir sepatu tidak ada seorang pelayanpun yang mampir menemui kami.Akhirnya kamipun pindah hanya makan bubur ayam Samarinda yang racikannya sedikit beda. Bubur yang kental dikasih irisan tomat, kol, ayam suir, daun bawang dan bawang goreng, lalu disiram dengan kuah semacam soto. Enak juga, gurih dan segar.

Dalam perjalanan pulang menuju airport kami sempat mampir ke Kutai Kartanegara yang katanya merupakan salah satu kabupaten yang terkaya di Indonesia. Kami mengunjungi museum Kutai yang penataan dan pembuatan patung-patung yang menggambarkan sejarah Kerajan Kutai kurang begitu bagus.Kami mengambil foto didepan kuburan raja Kutai Kertanegara yang terkenal namanya di buku sejarah. Makan siang kami lakukan disebuah resto ditepi sungai yang juga menyediakan daging rusa panggang dan lobster. Untuk ukuran Jakarta harga lobster termasuk murah disana. Kami juga sempat berkunjung ke sebuah kampung untuk melihat seekor buaya yang dipelihara dari kecil dan diberi makan seperti layaknya manusia. Buaya itu dipercaya sebagai kembarannya anak dari pemilik rumah dan hidup bersama bahkan diberi tempat tidur khusus seperti manusia.kami mengambil foto tapi tidak berani berdekatan dengan sang buaya, biar bagaimanapun buaya tetaplah buaya.

Sebelum mencapai airport Balikpapan kami mengambil pesanan kami kepiting Kenari yang sangat lezat sekali.Kepiting goreng, masak saus tiram dan juga saos asam menjadi pilihan kami dan sudah dibungkus rapi dalam kotak. Selesailah sudah perjalanan kami mengelilingi tiga kota di Kalimantan Timur. Rasanya dalam waktu yang singkat sudah banyak sekali hal dan pengalaman yang didapatkan.

Palembang dan Ranau



Ayah saya berasal dari sebuah desa yang cantik berudara sejuk nun jauh dikaki gunung Seminung di danau Ranau Sumatra Selatan. Kami sering sekali berkunjung kesana sejak anak-anak kecil. Ayah saya ketika memasuki usia pensiun pindah kesana sehingga cucunya sering mengunjungi beliau.

Perjalanan kali ini ke Ranau tidak langsung dengan mobil seperti biasanya, kami memutuskan berkunjung dulu ke Palembang sekalian mengunjungi beberapa saudara disana. Pelembang dengan mpek-mpeknya menjadi tujuan kami begitu mendaratkan kaki kesana dengan penerbangan pagi.Dari airport kita langsung sarapan ke pasar yang menyediakan mie celor yang sangat lezat. Mie yang direbus dan disiram dengan kuah kental yang terbuat dari kaldu udang, dimakan panas dengan sambal dan kerupuk. Dari pasar kami langsung berkeliling Palembang, kelihatannya Palembang sudah mulai berhias diri dan berdandan cantik, pasar cinde yang biasanya jorok sekarang terlihat lebih rapi dan bersih. Dipasar ini dijual aneka macam kerupuk Palembang dengan harga murah meriah. Yang belum tau bisa menjadi bingung mana yang paling enak. Kalau menurut saya kerupuk rasanya standard tapi kalau mpek-mpeknya paling enak yang diatas lantai dua dan bisa dimakan disana langsung. Tek wan dan mpek-mpek yang juga enak ada juga di deretan toko sebelah kanan bukan didalam pasarnya.

Sungai Musi juga sudah terlihat rapi dan bersih, kami sempat berfoto didermaga didepan musium sambil menikmati semilir angin yang berhembus dari arah sungai. Malam harinya kami makan di resto khusus makanan Palembang yang menyediakan berbagai makanan khas seperti pepes ikan patin dengan bumbu tempoyak (duren yang diasinkan), pindang kepala ikan belida yang segar asam dan gurih serta berbagai lauk ikan lainnya. kami duduk lesehan dengan peralatan furniture khas Palembang yang penuh ukiran berwarna emas.


Keesokan harinya sarapan dengan mpek-mpek lagi yang tidak pernah bosan, sejak pagi kami berkeliling membeli dan mencoba berbagai merek mpek mulai dari yang tidak bermerek sampai yang terkenal seperti Nonny, pak Raden,dll. Tidak lupa juga kami pesan es kacang merah yang dimakan dengan parutan es batu, disiram santan dan sirup merah serta susu coklat cair hm sangat menyegarkan. Bekal kami menuju Ranau yang memakan waktu selama 8 jam sudah lebih dari cukup. Sepanjang jalan menuju Ranau melewati hutan dan perumahan penduduk. Kebetulan waktu itu sedang musim duren sehingga kami sempat berhenti membeli dan memakannya langsung ditempat. Duren di Sumatra apalagi dikampung semuanya jatuhan jadi rasanya tidak usah diragukan lagi.

Perjalanan darat 8 jam sungguh melelahkan, sebab kami tidak punya pilihan lain karena Palembang atau Lampung adalah kota terdekat yang disinggahi pewawat terbang. Dari Palembang atau Lampung sama saja masih harus lewat jalan darat sekitar 7 - 8 jam. 30 menit sebelum sampai kampung semua kelelahan terbayar menyaksikan indahnya danau Ranau dari kejauhan. Birunya air danau dikelilingi oleh sawah yang menghijau dan lambaian daun kelapa ditambah dengan latar belakang gunung Seminung yang anggun. Katanya gunung berapi itu meletus pada tahun 1923 dan mempunyai siklus 100 tahunan untuk meletus lagi. Serem juga membayangkannya sebab rumah pantai kami terletak tepat 20 m dari bibir pantai.

Selama di Ranau biasanya kegiatan yang kami lakukan adalah berenang di danau, memancing, berjalan-jalan dengan perahu mesin ke pemandian air panas atau sekedar belanja di pasar. kalau kepasar rasanya semua mau dibeli, mulai dari tomat kecil semacam tomat cherry khas Ranau yang disebut "mendira", alpukat (rasanya tidak ada pahitnya sama sekali, tapi gurih dan manis, beragam pisang dan tentu saja ikan segar danau Ranau. Sayangnya kesadaran masyarakat untuk budidaya ikan masih rendah sehingga harga ikan menjadi mahal, ditambah dengan masih adanya nelayan yang meracun atau membom ikan, membuat ikan di danau menjadi semakin kecil dan berkurang. Saya ingat pada waktu saya kecil ikan semah yang merupakan ikan tawar yang sangat gurih dan manis bisa sebesar 2 kg, tapi sekarang susah sekali mendapatkannya.Kami juga punya kebun kopi yang didalamnya ada pohon salak, manggis, coklat, duren, rambutan dll.Dengan berkeliling kekebun tersebut saja banyak sekali yang bisa dilakukan, mulai dari memetik sampai melihat proses pembuatan gula kelapa. Rasanya kalau ke Ranau anak-anak sangat menikmati kegiatan diluar rumah.

Kalau saja sarana transportasi sudah semakin baik, ditambah keseriusan daerah dalam membangun potensi pariwisatanya rasanya Ranau tidak kalah indahnya dengan danau Toba, Singkarak dan danau lainnya. Sejak saya kecil belum melihat kesinambungan program perbaikan secara mantap, misalnya dibuat pusat oleh-oleh makanan khas Ranau, souvenir. Setiap musim liburan tiba apalagi malam tahun baru ribuan orang tumpah ruah ke danau ranau dan hanya jalan-jalan atau duduk-duduk sepanjang pantai.Pada saat itu rumah penduduk semua habis dijadikan guest house. Ini adalah potensi yang dapat terus ditingkatkan.

MURAH MERIAH ALA BOGOR

Hanya 1 jam dari Jakarta kita telah sampai ke
kota yang terkenal dengan sebutan sebagai
kota hujan yaitu Bogor. Tingginya curah hujan
di Bogor mengakibatkan kota ini masih teduh
dan hijau,apalagi Bogor masih mempunyai
kebun raya sebagai kebanggaan warga Bogor.
Sekarang Bogor bukan hanya terkenal dengan
kebun raya dan istana Bogornya saja tapi
sudah menjadi kota tujuan wisata.Warga Jakarta
yang ingin makan enak, Bogor menyediakan
berbagai pilihan makanan yang lezat,ada "Cafe
Daun" yang terletak didalam kebun raya, menyediakan
berbagai masakan Indonesia dan barat.
Dekat
dari kebun raya Bogor ada restoran yang menempati
rumah tua namanya "Makaroni panggang",
yang menyediakan berbagai jenis makanan makaroni dengan rasa yang lezat.
Selain makaroninya (yang bukan digoreng tapi direbus), soto kikil, bakso,
es cincau, tahu, gemblong, asinan dan roti unyil
yang terkenal.Saking terkenalnya roti unyil, para
penggemar harus antri dengan sabar jika ingin
membeli. Lucunya ada beberapa anak kecil yang
memanfaatkan hal ini dengan menjadi joki.Kalau
tidak mau repot pesan aja lewat joki ini, ditanggung
lebih cepat.Tiap hari libur sepanjangjalan ini macet
dan penuh dengan mobil Jakarta dan juga bis pariwisata.
Kalau mau agak jauh sedikit sebelum istana
batu tulis disebelah kanan jalan ada warung sunda
sederhana yang menyediakan nasi, ayam goreng,
jeroan goreng, udang, pepes ikan, sayur asam dan
lalapannya. Tempat ini sejak jam l0 pagi selalu ramai
dikunjungi oleh pecinta maakanan enak.
Agak jauh lagi
sedikit jika anda mau ke Sukabumi melewati jalan
raya alternatif sebelum istana batu tulis menyeberangi
sungai dan tembusannya di Lido akan melewati
rumah makan lesehan " Ranau". Disini walau
pun namanya diambil dari nama danau ranau di
Sumatra Selatan tapi menu andalannya adalah nasi
timbel dan sop iga. Sambil duduk lesehan menikntati
pemandangan gunung salak ditanggung tanpa
terasa makan menjadi lebih banyak dari biasanya
karena nikmatnya.
Bagi penggemar FO,sepanjang jalan Pajajaran
ada beberapa factory outlet yang besar, tidak usah ke Bandung cukup ke Bogor jika ingin memborong
barang bagus berkualitas karena disini sama lengkapnya
dengan Bandung.kalau mau belanja tas,
Tajur adalah tempatnya.Sepanjang jalan di kiri kanan
sebelum memasuki toko yang paling besar di
tajur berderet toko tas. Harganya sangat bervariasi
dari harga obralan yang Rp 25.000 sampai sekitar
Rp 150.000,- Kebanyakan tas ini berasal dari kerajinan
penduduk sekitar dan juga import dari Cina
dan Hongkong.Toko yang paling besar disana
adalah Tajur, disini kita dapat berbelanja mulai dari
tas kecil sampai koper. Harganya juga bervariasi
antara Rp 50.000,- sampai dengan sekitar Rp
600.000,.Selain menjual tas tempat ini dilengkapi
dengan arena bermain anak, ada juga berbagai binatang
peliharan seperti kambing,kelinci dan ikan
besar yang langka yang menjadi tontonan menarik.
Tidak lupa makanan khas bogor tersedia juga disini
seperti es cincau,toge goreng,roti unyil, asinan
dan juga ada nasi liwet dan berbagai.Jus buah yang
segar.Rasanya Bogor dapat menjadi pilihan tepat untuk
rekreasi keluarga yang paling dekat bagi penduduk
Jakarta.Dengan jarak tempuh yang hanya satu
jam melewati jalan tol yang mulus liburan akhir pekan
dapat di jalankan dengan cepat dan biaya terjangkau.

Bandung, Parijs van Java

Meski predikat sebagai Parijs van Java
sudah tak lagi melekat kuat di kota
Bandung kawasan ini tetap memikat
Sebagai tempat wisata

Deretan panjang antrian mobil yang akan memasuki
Bandung pada musim liburan pertengahan Agustus
lalu tampak semakin memadat. Kemacetan parah
hamper 5 jam terjadi di mulut tol keluar Bandung W aktu tempuh
Bandung- Jakarta yang hanya 2 jam membuat kota ini selalu
Dibanjiri wisatawan jakarta untuk menikmati hari liburannya.
Untung saya sudah berangkat hari Kamis malam dan kembali
Minggu siang sehingga terhindar dari kemacetan parah.

Kota Bandung disesaki dengan kendaraan berpelat nomor
B yang memenuhi factory outlet sepanjang Dago dan jalan
Riau.Antri makanan di sejumlah tempat makanan enak juga
tidak bisa dihindari,kalau kita kesiangan datang jangan kecewa
hanya menerima ucapan " maaf sudah habis".
Bagi yang mempunyai anak kecil, jangan lupa mampir ke
taman ganesha di depan kampus lTB, di sana anak-anak bisa
naik kuda berkeliling dengan harga Rp 7500,- satu putaran
atau Rp 30.000,- untuk setengah jam. Ada juga delman yang
dihias dengan indah untuk membawa anak-anak berjalan-jalan
di bawah kerindangan pohon sekitar kampus lTB. Dekat dari
situ ada kebun binatang yang cukup menarik untuk dikunjungi.
Di sekitar kampus ITB banyak yang berjualan mainan anak,
buku, sepatu, dan berbagai makanan khas Bandung seperti
siomay( bakso tahu),es sekoteng, bubur ayam,lotek dll. Bagi
yang beragama lslam ada masjid Salman yang sejuk dan artistik
untuk menunaikan ibadah wajib.
Rumah stroberi juga merupakan tempat yang menarik untuk
dikunjungi. Dari jalan Setiabudi dekat Ledeng belok kiri ke arah
jalan Sersan Bajuri yang melewati kampung daun dan the Peak.
Kalau mau memetik stroberi harus sebelum jam 11 pagi,kalau
terlambat jangan kuatir kita bisa membelinya dengan harga
Rp40.000,- satu kilonya, ada juga sirop stroberi seharga
Rp20.000,- per botol. Jangan lupa memesan nasi liwet komplit
seharga Rp75.000,- untuk 4 orang.Nasi liwet disajikan langsung
dengan panci kecil yang khusus untuk memasak. Lauknya
ayam goreng, tempe goreng, tahu Bandung yang lembut,
ikan asin, sambal dan lalapan. Wah, rasanya semakin mantap
apalagi ditemani dengan segelas jus stroberi segar, asam

Makanan khas Bandung seperti batagor Kingsley atau Riri
juga diserbu oleh pengunjung. Ada lagi tempat makan yang murah
meriah di belakang RS.Boromeus,tepatnya di Jalan Teuku
Umar yang menyediakan siomay, batagor, lomie, es sekoteng
dan berbagai makanan barat yang lezat seperti steak.

Karena tempatnya dekat dengan kampus UNPAD,maka harga makanan
disini tidak mahal,sekitar Rp 5000 sampai dengan Rp 12.000,-
.Malam hari kita bisa mendapatkan banyak tempat makanan
yang menyediakan surabi,bandrek,roti bakar,dll. Untuk urusan
makanan jangan takut Bandung adalah surganya makanan.

Walaupun setiap hari libur Bandung selalu penuh sesak
dan macet di mana-mana, tetap saja kota Parijs van Java ini
menjadi tempat berlibur yang mengasyikkan bagi wisatawan
lokal,mengingat udaranya yang masih lumayan sejuk dan beragam
pilihan kegiatan wisata baik alam, belanja ataupun hanya
sekedar mencicipi berbagai makanan khas kota ini.