Kamis, 09 April 2009

From Jakarta to Jayapura

Dengan menggunakan pesawat Batavia air kami berangkat dari Jakarta ke Manokwari.
Setelah singgah sebentar di Makassar kami sampai di sana setelah empat jam penerbangan.
Dari atas pesawat terhampar kombinasi pemandangan birunya laut dan hijaunya hutan Papua Barat. Manokwari adalah ibukota Papua Barat
yang baru berusia satu tahun. Kotanya masih sederhana dan kurang tertata rapih.
Hanyaa da satu pusatpertokoan besar disana dengan
hotel berbintang di atasnya.Selebihnya adalah perumahan
penduduk yang merupakan campuran antara orang Jawa,
Makassar dan Papua sendiri.Pusat perdagangan dan bisnis
kebanyakan sudah dimiliki oleh warga keturunan Cina. Para
pelaku bisnis kebanyakan adalah pendatang, sedang orang Papua sendiri kebanyakan berada di sektor pemerintahan.
Sebagai provinsi baru yang berusia hampir 1 tahun banyak
sekali kesempatan bisnis yang bisa dilakukan di Manokwari.
Mulai dari usaha resto (kanena belum ada rasa resto yang
pas baik di lidah maupun cara penyajiannya),distro atau factory
outlet, sampai bisnis penyediaan buah tangan
atau cindera mata. Seharusnya ikan asap (cakalang atau tuna ) dapat menjadi produk andalan
oleh-oleh Papua,mengingat harganya yang murah dan
rasanya yang khas. lkan asap berukuran kurang lebih 2 kg
dapat dibeli hanya seharga Rp20.000 Seandainya dikemas
dan diproduksi lebih higienis pasti akan menjadi produrk
unggulan.
Karena waktu kunjungan kami masih dalam suasana Lebaran,
maka banyak warung dan restoran masih belum buka
Kami diajak bersilaturahmi ke rumah saudara didua tempat
di kota dan satu lagi di daerah transmigrasi. Di kedua tempat
itu kami disuguhi makanan khas lebaran ketupat dengan lauk
pauknya. Uniknya berlebaran disana hampir semua kenalan
dan tetangga baik yang muslim maupun non muslim datang
bermaaf-maafan dan dilanjutkan dengan makan bersama
Tidak heran jika setiap keluarga menyediakan masakan cukup
banyak untuk menyambut lebaran, sebab tamu yang akan datang sudah pasti makan bersama.
Daerah transmigrasi baik di Manokwari maupun Jayapura
sudah tertata rapi dan maju.Kebutuhan pangan seperti beras
,sayuran dan ternak dipasok oleh para transmigran. sudah banyak rumah gedung dan usaha maju yang dimiliki
oleh para transmigran. Rasanya jasa para transmigran ini dalam membangun Papua besar sekali. Berada di Perkampungan mereka
serasa berada di tanah Jawa, Penjaja nasi pecel, soto,rujak banyak dijumpai di perkampungan transmigran.
Di Manokwari ada banyak sekali pantai yang luar biasa indah. ada satu tempat bernama Bakaro di mana kita bisa minta penduduk setempat memanggil ikan.
caranya, mereka akan meniupkan peluit dan menaburkan telur semut di laut, maka dalam waktu 5 sampai 10 menit
ikan berbagai jenis ukuran akan datang. Di daerah ini dilarang untuk memancing atau menagkap ikan, tidak heran jika ikan masih banyak sekali.
dengan menggunakan alat snorkling, disekitar pantai saja sudah terlihat keindahan karang laut dengan jumlah ikannya yang beraneka macam.
Pantai lain untuk rekreasi adalah pasir putih dan pantai mansinam tempat para misionaris pertama kali mengajarkan Injil di Manokwari.
Pulau Mansinam adalah cikal bakal pembentukan kota manokwari. Di pulau Marsinam pantainya
sangat bening dan putih bersih, rasanya seperti mandi dikolam renang saja, saking bersihnya, dangkal dan tenag airnya.
ikannyapun beraneka ragam dan sangat cantik. Sebentar saja memancing kami mendapatkan 9 ekor ikan yang berbeda beda jenis dan warnanya.
nyaris ikan sebesar betis kami dapatkan, tapi sayang tali pancing putus karena tidak kuat menahan beban ikan yang besar tersebut.
kami diajak untuk melihat tempat bersarangnya burung cendrawasih, kakak tua raja, burung kumkum dan bermacam-macam burung. Mulai jam 5 sore mereka akan berdatangan
kembali ke sarangnya di atas pohon. pemandangan yang menakjubkan melihat berbagai jenis burung yang hanya bisa
kita lihat di kebun binatang. pemandangan alam menuju ke sana luar biasa indahnya, selama 5 jam perjalanan dengan mobil 4 wheel drive kita akan disuguhi beraneka ragam pemandangan.
mulai dari hutan belantara, berganti pantai yang bersih dan putih, dilanjutkan dengan pantai yang berisi sebesar kepalan tangan di sepanjang pantainya.
pemandangan laut yang berwarna putih, hijau dan di selingi oleh beberapa bukit yang berwarna merah. sungguh suatu pemandangan langka. kami harus melewati sungao dengan batuan besar karena tidak ada jembatan.
Dari manokwari perjalan dilanjutkan ke Jayapura dengan
waktu tempuh 1,5 jam. Dari kejauhan pemandangan sangat
indah di mana hamparan Danau Sentani yang sejuk dipadukan
dengan kehijauan hutan di sekitarnya. Di Jayapura kita
dapat melihat keindahan Danau Sentani dengan jelas' tempat
di mana tentara sekutu mendirikan markasnya. Jenderal Douglas
Mc. Arthur sebagai komandan pada waktu itu namanya
diabadikan menjadi monumen Mc Atrhur.Tempat lain yang
layak dikunjungi adalah perbatasan Papua New Guinea(PNG).
dari jayapura perjalanan lancar, sebab jalanan mulus selama 1,5 jam melewati hutan dan pemandangan danau Sentani.
DI sana ada pasar KADIN Papua. yang pembangunannya di perakarsai oleh KADIN Papua. Di sini menjual berbagai kebutuhan seperti sabun,shampoo,mie instan, hingga baju.
dengan menggunakan surat jalan kamu dapat menyebrang ke PNG tanpa menggunakan passprt. BErbeda dengan di PApua yang pasarnya sudah permanen dan teratur,
di PNG hanya dijumpai tenda darurat sederhanan yang menjual kornet, sosis dan iga impor diimpor langsung dari Australia, maka rasanya enak walaupun hanya di goreng dengan menggunakan kayu bakar dan di tambahkan garam secukupnya.
sayangnya kami tidak bisa turun ke kota dikarenakan ada tabrakan yang cukup besar yang mengakibatkan bis tidak yang datang ke perbatasan. MObil INdonesia hanya boleh sampai di perbatasan dan akan di lanjutkan oleh bis PNG.
pengalaman naik pesawat udara ke Jayapura dengan beberapa pebnerbangan, dapat diambil kesimpulan
bahwa kebanyakan penumpang selalu membawa barang bawaan yang banyak sekali dan tidak tertib dudukdikursi sesuai nomor.
Pramugari yang cantik dan muda kelihatannya kurang cekatan dalam meladeni penumpangnya, termaksud mengarahkan penumpang agar duduk di kursi sesuai nomornya. Bahkan beberapa kali meminta penumpang yang duduk sendiri untuk pindah tempat karena ada penumpang sekeluarga
yang ingin duduk berdekatan.
Hendaknya ini menjadi perhatian pihak penerbangan agar melatih awak kabin untk mendidik penumpang lebih disiplin, bukan membiarkan penumpang dengan kemauannya sendiri.
di bidang pengelolaan, semua tempat rekreasi di Papua dikelola dengan fasilitas seadanya, masih buang sampah sembarangan dan tidak teratur. Rakyat hanya duduk sembarangan di pinggir pantai atau seungai dengan membawa tenda kain atau plastik sebagai alat peneduh
dan memasak atau membakar ikan sendiri. Mustinya dengan dana yang sedemikian besar pemerintah Papua mampu menyediakan fasilitas umum yang memadai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar