Selasa, 10 Maret 2009

Bali Masih Jadi Pilihan


Bulan Juli lalu kami berlibur di Bali. Suasana liburan sudah mulai terasa sekitar 5 km memasuki anjungan keberangkatan di bandara Cengkareng. Antrian panjang kendaraan yang berisi penumpang yang akan berlibur membuat kita harus sabar menunggu. Tidak ada kursi lowong di pesawat, semuanya terisi penuh. Beruntung kami berangkat dan pulang tepat waktu sesuai jadwal, sempat terpikir bahwa pasti ada delay mengingat padatnya jadwal penerbangan pada waktu libur.
Malam pertama di Bali kami habiskan dengan berjalan kaki sepanjang area Kuta setelah makan malam. Di Hard Rock Hotel Cafe pengunjung berjejal hanya sekedar untuk menikmati segelas minuman atau berfoto dengan latar belakang gitar yang terpajang di sepanjang dinding. Merchandise Hard Rock Hotel seperti T shirt, dompet, gantungan kunci, sampai payung dan bola menjadi sasaran pengunjung untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Sampai jam 11 malam masih terlihat banyak orang berjalan-jalan menikmati suasana Bali yang nyaman di sekitar Kuta Square.
Makan malam di daerah Jimbaran merupakan hal yang wajib dilakukan jika kita berlibur di Bali. Makan malam menjadi lebih nikmat ditemani dengan deburan ombak di depan mata dan pemandangan lampu-lampu yang indah serta alunan musik dari group musik yang berkeliling dari meja ke meja. Sayang rasa nyaman agak terganggu setelah mereka berlalu dengan tidak mengucapkan terima kasih setelah menyanyikan 3 buah lagu. Rasanya tip sebesar Rp 25.000,- cukup layak untuk 3 buah lagu, dan kalaupun kurang sudah seharusnya ucapan terima kasih tetap diberikan kepada pengunjung mengingat tidak ada tarip resmi yang dicantumkan. Kami memilih cumi goreng tepung, ikan bakar, kerang bakar dan juga lobster.

Besoknya seharian kami bermain di pantai Benoa, saya hanya duduk-duduk menikmati birunya air laut, anak-anak menikmati permainan jet ski, parasailing, dan permainan baru yang dinamakan Flying Fish, di mana mereka berbaring dua orang di perahu karet dan ditarik motor boat yang akan membuat mereka seakan melayang. Puas bermain maka acara ditutup dengan mengunjungi pulau penyu dengan menaiki motor boat sekitar 30 menit pulang pergi. Di sana kita bisa memegang penyu dengan ukuran beraneka rupa tanpa takut digigit dan juga berfoto bersama burung elang dan ular yang mulutnya ditutup isolatip sehingga tidak akan menggigit. Di sini kita diminta memberikan sumbangan seihlasnya untuk penggantian makanan binatang yang ada di sana.Cukup menguras kantong juga acara di sini sebab 3 permainan air dan 1 kunjungan ke pulau penyu dikenakan Rp500.000/orang.

Hari masih sore ketika kita sampai di Uluwatu untuk menyaksikan matahari tenggelam, sayang tidak begitu kelihatan sebab tertutup awan. Hampir saja anting gantung yang saya pakai lepas ditarik seekor monyet kecil, mungkin dia tertarik dan mengira kacang rebus. Dari atas bukit terlihat tarian kecak sudah mulai dimainkan, banyak pengunjung yang masuk dengan tiket Rp50.000/orang, sedangkan kami memilih menikmati matahari tenggelam sambil sesekali melirik tarian kecak dari kejauhan..gratis. On the way ke hotel kami makan malam di sebuah restoran Cina yang sangat lezat dengan harga yang menurut ukuran Jakarta murah, namanya Kuta Plaza Restaurant. Mereka mempunyai paket untuk 4 orang dengan harga hanya sekitar Rp150.000,- sudah mendapatkan udang goreng telur asin, sayur buncis dengan daging cincang, gurame asam manis, dan ayam goreng.
Hari terakhir di Bali kami gunakan untuk berjalan-jalan di pantai, pijat di bawah pohon sambil manicure pedicure dan tentu saja berbelanja beberapa kain dan baju bali, kalung dan gelang serta dua keponakan kecil saya dikepang rambutnya dan ditato tangannya.Tak terasa waktu sudah menunjukan jam 12.00 dan kami harus segera ke bandara untuk mengejar pesawat yang akan ke Jakarta jam 14.00. Mengingat banyaknya teman dari Jakarta yang bertemu di Bali menandakan bahwa Bali tetap menjadi pilihan yang menarik untuk berlibur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar