Selasa, 10 Maret 2009

Bangka Belitung nan Mempesona

Terinspirasi oleh buku Laskar Pelangi Andrea Hirata, maka saya memutuskan liburan semester kali ini untuk berlibur ke Belitung.Bersama Bayu dan Dai anak saya dan Rafa keponakan kami segera memesan tiket . Ternyata pesawat ke Belitung semua penuh tidak menyisakan tempat buat kami berempat. Karena semangat menggebu untuk segera melihat bumi laskar pelangi, saya langsung ke bandara dengan harapan ada tiket pesawat yang tersisa untuk kami. He he lagi lagi kecele karena semua pesawat penuh sampai minggu depan. Karena sudah dalam mood liburan dan membayangkan keindahan pantai dengan batu-batu besar yang saya lihat di majalah travelling, maka kami ganti haluan langsung membeli tiket ke Bangka. Alhamdulillah dengan Batavia air kami dapat sampai dengan selamat di Bangka walaupun dengan membeli lewat calo (pada saat itu calo menjadi sangat membantu sebab harga tiket tidak jauh beda dengan harga resmi)

Karena mendadak berlibur, maka persiapan kurang, beruntung saya banyak teman sehingga mendapatkan nomor telpoin ibu Ali teman dari IWAPI yang menjemput bersama Andin yang ternyata adalah teman anak saya (dunia memang sempit ya). Diantar oleh mobil bu Ali , kami langsung menuju Parai Beach Hotel, yang merupakan hotel terbaik di Bangka. Suasana liburan langsung terasa ketika check ini, karena begitu banyak wisatawan domestik yang sedang antri check in. Kamar hotel yang saya tempati persis berada paling ujung dan menghadap langsung kepantai. Wow bukan main indahnya pemandangan pantainya. Baru kali ini saya melihat tebaran batu-batu besar berserakan tertata dengan indahnya.Pantainya landai dengan pasir putih, tapi yang paling mempesona adalah batu granit yang besar-besar tersebar dimana-mana.Sungguh karunia alam dari sang Khalik yang luar biasa batuan tersebut seakan dijatuhkan dari langit karena Bangka tidak mempunyai gunung berapi. Keberadaan batu-batu granit tersebut seakan diatur oleh Yang Maha Kuasa untuk memperindah bumi Bangka.

Sore itu saya habiskan waktu dengan berjalan sepanjang pantai parai, menaiki batu-batu besar dan menikmati tenggelamnya sinar matahari sambil mengambil foto pemandang yang sangat spektakuler. Dari atas batu besar terhampar birunya langit ditambah dengan sinar jingga matahari yang perlahan tenggelam menyisakan keheningan alam yang menakjubkan.Pagi hari sebelum mandi kami berjalan kaki menyeberangi batu-batuan yang besar dan membelah laut dangkal yang bening dan tenang menaiki batu granit yang besar dan duduk-duduk diatas batu menikmati indahnya cuaca pagi.


Esok hari kami gunakan untuk berkeliling ke pantai-pantai yang ada di sekitar Bangka, ada pantai Tanjung Pesona. Pantai Matras, pantai Tikus dan pantai Pasir Padi. Masing-masing pantai mempnyau keelokan yang berbeda, ada yang dipenuhi batu granit, ada yang pasirnya putih luas membentang sejauh mata memandang, sangat indah, ada juga pantai yang pasirnya agak kasar berwarna coklat muda.Suasana liburan di pantai tersebut kurang terasa, terlihat sunyi sepi.Katanya orang Bangka hanya ke pantai hari Sabtu dan Minggu saja, walaupun di hari libur sekolah.

Kami hanya satu hari di Parai beach hotel, siang hari kami pindah ke hotel yang berada ditepi pantai padi untuk lebih mendekati kota.Pantai padi mempunyai keunikan yang lain lagi, pasirnya landai dan halus juga dangkal. Sepanjang satu kilometer dari bibir pantai tinggi air hanya semata kaki, sehingga kita bisa berjalan jauh sekali mengikuti penduduk setempat yang mengambil ikan dengan jala. Matahari terbenam disini juga indah dan tak kalah menariknya dengan pantai Parai. Malam harinya kami makan malam di restoran tepi pantai menikmati lezatnya ikan bakar dan sambal khas Bangka.Kali ini makan malam ditraktir oleh Hatta dan keluarga teman saya seangkatan di FH UNPAD yang ternyata bekerja di Timah. Sehabis makan sekitar jam 120 malam kami sudah ditunggu oleh ibu-ibu IWAPI Babel untuk bernyanyi ria diresto tepi pantai padi.Wah senangnya libuan di Bangka ternyata juga menjalin kembali silaturahmi dengan berbagai teman yang tanpa sengaja bertemu.

Keseokan harinya sepanjang pagi hingga siang kami menikmati lezatnya kuliner di Bangka ditemani oleh mbak Cicik dan keluarga.Karena ayah saya dulu bekerja di Timah, maka saya bertemu dengan mbak Cicik yang ayahnya juga dulu adalah pejabat Timah dan rumah orang tua kami bertetangga di Jakarta. Selain mpek-mpek dan otak-otak di Shanti, kami membeli oleh-oleh di Kartini untuk kerupuk kemplang dengan sambalnya yang lezat juga getas yang berupa kerupuk ikan yang dibentuk bulat seperti bakso yang merupakan kerupuk khas Bangka. Liburan di Bangka kami akhiri dengan makan siang yang sangat lezat di restoran Cina yang sangat terkenal di Bangka yang namanya Assui, mungkin saking enaknya rasa masakan disana berasal dari kata Asoy.Nama Assui adalah nama si empunya restoran, walaupun tempatnya masuk kedalam gang tapi cukup besar dan bersih.Katanya setiap artis, pejabat dan orang penting lainnya pasti menyempatkan diri makan disini. Memang tidak salah resto ini menjadi terkenal karena makanannya segar dan uenak tenan. Paling enak menurut saya adalah semacam sop kepala ikan dimasak dengan bumbu kuning disertai potongan nanas segar. Rasanya manis, asam, gurih dan segar, orang Bangka menyebutnya ”lempah ikan”.


Siang hari kami berangkat ke Belitung dengan menggunakan ferry. Beruntung kami mendapatkan jatah tempat duduk di ruangan VIP karena ada penumpang yang tidak jadi berangkat.Tiket itupun kami dapatkan dengan bantuan teman-teman di Bangka yang mengantarkan sampai kami naik kekapal. Harga tiket sekitar Rp 200.000,-. Kalau tidak mendapat tiket VIP wah bakalan kepanasan dan berdesakan dengan penumpang yang penuh sesak disemua kelas selama 6 jam perjalanan.Perjalanan cukup menyenangkan, ombaknya tenang sehingga 6 jam perjalanan tidak melelahkan.

Malam hari jam 7 sampai di Belitung, langsung menuju hotel Lor Inn hotel yang terbagus disana.Karena sudah gelap tidak banyak yang terlihat disepanjang jalan, selain adanya beberapa tulisan spanduk selamat datang dibumi laskar pelangi. Belitung sedang sibuk dan demam dengan shooting film laskar pelangi.Hotel berjarak sekitar 40 menit dari bandara dan merupakan hotel dengan konsep resort.Semua kamar menghadap kelaut berbentuk cottage.Pantas selalu fully booked sebab jumlah kamar hanya 20 buah.

Pagi harinya kami langsung kepantai, wow pantainya tidak kalah indah dengan Bangka, bahkan jauh lebih indah sebab lautnya jernih dan biru.Segera kami naik perahu kecil ketempat yang ada taman lautnya.Dengan peralatan snorkling yang kami bawa terlihat pemandangan taman laut yang indah.Sampai siang hari kami habiskan waktu bermain dipantai.Setelah makan siang kami meluncur mengelilingi pantai yang ada di sekitar Belitung. Bang Fuad pemandu kami membawa ke pantai ”tanjung kelayang” yang dari jauh ada tumpukan batu yang membentuk gambaran burung.Beberapa pantai kami kunjungi, tidak lupa juga kelenteng tempat sembahyang saudara kita yang keturunan cina. Di kelenteng itu ada beberapa tempat sembahyang yang merupakan hadiah dari beberapa orang yang yakin doanya dikabulkan setelah berdoa disana, bahkan ada sumbangan dari orang muslim.

Hari kedua kami mengunjungi desa ”gantung” tempat dimana cerita laskar pelangi berawal. Kami melewati rumah Andrea Hirata pengarang buku dan juga sholat Lohor di mesjid yang diceritakan dalam buku tersebut, walau mesjid tersebut sudah dipugar. Begitu juga dengan sekolah Muhammadiyah yang sekarang sudah bagus.Saya membayangkan bagaimana perjuangan ”Bintang” anggota laskar pelangi yang harus menyeberangi sungai besar dan lebar yang dipenuhi buaya setiap hari.Kota gantung seperti kota lain di Bangka juga dipenuhi lobang besar berisi air yang membentuk danau kecil bekas galian timah yang ditinggalkan. Cukup jauh perjalanan ke desa gantung, sehingga sore hari baru sampai di hotel.Malamnya makan malam di resto tepi pantai dekat hotel, saya lupa namanya.Seafood nya sama lezatnya, ikan bakar, cumi goreng tepung dan tidak lupa ”gangan ikan ketarap: yang menjadi menu wajib.

Hari terakhir di Belitung kami habiskan sepanjang pagi bermain snorkling dipantai, rasanya tidak puas-puas memandangi pemandangan alam bawah laut yang demikian indah.Tiga hari di Belitung sebenarnya kurang rasanya, masih banyak pantai dan tempat indah yang belum sempat saya kunjungi. Semoga cerita perjalanan dan foto yang disajikan dapat menggungah pembaca untuk berkunjung ke pulau timah disuatu saat.

<

1 komentar:

  1. salam kenal, saya merasakan hal yang sama, dan saya baru saja berwisata ke P. Lengkuas di Belitung, murah biayanya tapi puas menikmatinya
    saya upload fotonya di http://belitungkita.blogspot.com

    BalasHapus