Sabtu, 21 Maret 2009

Merauke

Tahun 2008 saya diminta membantu teman untuk menjadi salah satu nara sumber dalam acara workshop Dinas Tanaman Pangan di Merauke. Wah mendengar nama Merauke teringat lagu dari Sabang sampai Merauke, dimana nama kota itu demikian terkenal. Bersama Ria saya berangkat dengan menggunakan Merpati, sungguh suatu perjalanan yang sangat panjang. Berangkat dari jakarta, singgah di Bali, lalu transit lagi di Makasar, lalu dikota kecil saya lupa namanya, lalu Jayapura dan berakhir jam 10 pagi di Merauke. Perjalanan dan transit memakan waktu sekitar 10 jam, rasanya ngantuk sekali sebab setiap transit kita harus turun dari pesawat.

Karena saya sudah pernah ke Jayapura sebelumnya maka saya sudah tidak begitu kaget dengan situasi di Merauke. Unik sekali para porter yang semaunya merokok dan tidak begitu membantu membawakan barang bawaan kami. Dimana-mana ada tanda larangan meludah sembarangan, sebab orang Papua makan sirih dan pinang sehingga bekas ludah mereka ada dimana-mana berwarna merah.Karena tidak kebagian porter maka kami bersusah payah melompat mengambil barang kami yang diletakan nun jauh ditumpukan barang yang lain.Rupanya di pesawat sudah banyak peserta atau nara sumber lainnya dari IPB dan beberapa pengusaha, kami bersama diterima diruangan VIP dan menuju hotel.

Merauke sangat panas dan datar, tidak ada satupun bukit atau gunung, semua adalah tanah landai yang subur. 3 hari disana sempat dua kali saya diajak survey melihat bagaimana kondisi tanah yang nantinya akan dijadikan lumbung padi nasional terutama untuk kawasan Indonesia Timur.Dalam perjalana survey terlihat banyak "Musamus" atau rumah semut yang tingginya ada yang mencapai 3 meter. Sarang semut itu kuat dan besar, merupakan salah satu keistimewaan Merauke .Saya mendapat kesempatan berbicara dengan para petugas lapangan dan jajaran dinas tanaman pangan mengenai semangat dan motivasi menjadi petani.Acara workshop 2 hari adalah untuk mendiskusikan bagaimana potensi Merauke sebagai tanah pertanian dimasa depan dan bagaimana persiapan sumber daya manusianya.

4 hari di Merauke mempunyai kenangan yang sangat berarti buat saya, hamparan tanah subur, penduduk Merauke yang tinggi besar dan gagah menjadi kenagan tersendiri buat saya. Sea food yang ada disana adalah the best, segar, manis dan lezat.Hampir setiap malam kami makan sea food disalah satu restoran yang sangat lezat.Pulangnya kami di bawakan beras organik asli Merauke yang rasanya sangat pulen dan enak, jauh lebih enak dari beras Thailand. Semoga Merauke benar menjadi lumbung padi nasional disuatu saat sehingga asaya berkesempatan kesana lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar