Minggu, 29 Maret 2009

Kedai Solong

Bagi sebagian besar masyarakat Aceh, Warung Kopi ( Warkop)
jasa ayah Solong tentu bukan nama yang asing. Warkop ini sangat dikenal
oleh sumua lapisan masyarakat, dari rakyat biasa,mahasiswa, hingga pejabat tinggi.
bahkan wisatwan asing yang mampir ke Aceh pun akan diajak mampir ke sini.
tempatnya biasa, seperti warung pada umumnya, dengan luas sekitar 200 m2 dipenuhi dengan meja dan kursi
plastik sederhana. Jumlah tamu yang datang silih berganti serta suasana hiruk pikuk orang mengobrol
menjadikan tempat ini menjadi istimewa. begitu duduk langsung keluar sajian berbagai
macam kue Aceh yang semuanya manis. Ada
srikaya, kue jala isl srikaya duren, ketan lapis
srikaya, dan berbagai macam kue manis. Sajian
paling istimewa adalah "kopi Aceh" yang dibuat
dengan dimasukkan kedalam cangkir kaleng
yang ada saringan panjang terbuat dari kain,
lalu ditarik ke atas seperti membuat teh tarik.
Paduan kopi yang ringan dengan susu kental
membuat sensasi rasa kopi yang luar biasa.
Selain kopi dan kuenya yang istimewa, hal
lain yang cukup menarik di kedai kopi ini adalah
pelayanannya. Salah satunya adalah yuslaini, pramusaji yang
paling dicari pengunjung kedai tersebut. pemuda ganteng dan ramah
ini senantiasa menyapa dan meladeni tamunya dengan cekatan.
Walaupun pendidikannya hanya SMP, ia tahu bagaimana menerapkan "layanan prima" bagi pelanggannya.

pembawaannya yang riang, ramah dan murah senyum membuat tamu betah kembali lagi
karena merasa nyaman dengan pelayanan kedai warung kopi ini.
pantas saja jika warung kopi ini sangat dikenal dan membuat siapapun yang pernah ke sini ingin kembali lagi.
Keunikan lain adalah mie Aceh yang terkenal, yang dimasak seperti mie goreng tapi dengan bumbu pedas. Begitu juga mie kocok Aceh
yang sangat berbeda dengan mie kocok Bandung.
Semuanya lezat apalagi ditambah dengan martabak telur yang dibuat terbalik dengan martabak pada umumnya. Di Aceh kulit martabak yang tipis
ditaruh di dalam telur gorengnya, bukan dibungkus.
Pada saat azan Magrib warung kopi di dalam juga masih ada. Kelihatannya setiap waktu azan tiba mereka harus menutup warungnnya. Warung
warung kopi di Aceh bukan hanya sekedar tempat minum kopi tapi juga sarana bersosialisasi dan melakukan segala aktifitas politik,
bisnis,pemerintahan dan lainnya. Tidak heran jika orang Aceh bisa sampai tiga kali sehari berada di Warung kopi.
Nuansa lain bisa dinikmati di sebuah restoran Aceh bernama "Ayam tangkap". Resto ini di namakan demikian,karena ayam kampung di Aceh dibiarkan hidup bebas,
sehingga jika ada tamu atau dimasak saja ayam tersebut harus dimasak. Ayam ini dimasak dengan berbagai macam bumbu dengan dominasi daun seperti kemangi
yang digoreng bersamaan dengan daging ayam. Pada saat dihidangkan daging ayam berada diantara tumpukan daun yang juga dapat dimakan langsung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar